Kamis, 04 Juni 2015

cincin pernikahan

Lupakan Cinta Yang Tidak Sampai di Pelaminan



saatnya telah tiba,
ketika mentari menceraikan dunia dari terangnya cahaya di ufuk senja
di kala rona merah menemani sang surya tenggelam dalam peraduannya
saat itulah,akhir sejarah cinta kita,...  

saatnya telah tiba,
ketika rembulan meninggalkan kepurnamaannya dalam syahdunya malam
di kala kelamnya malam menemani jiwa yang gelisah dalam ketersiksaannya 
saat itulah, akhir sejarah kerinduan kita,..

saatnya telah tiba,...
ketika diri mengharap keremajaan jiwa dalam kejenuhannya 
di kala cinta memenuhi ruang jiwa dalam puncak kulminasinya 
saat itulah,...
akhir sejarah kisah kita selamat tinggal jiwa yang lama



Semua memang tidak semudah yang dibayangkan. Untaian kata-kata yang menjadi saran dan masukan hanyalah seperti pepesan kosong belaka. Masuk sesaat, lalu semua akan terhempas kembali dengan kenangan-kenangan indah masa lalu.  Kenangan yang membangkitkan gejala akut kerinduan untuk mencapai kerinduan yang dia tidak dapat menjangkaunya. Seolah-olah, terjadi rejeksi diantara asupan internalisasi organ jiwa yang baru. Begitulah sakitnya patah hati. Ketika cinta bertepuk pada sisi angin, ketika tepukan tangan tidak menghasilkan suara cinta dari tangan yang lain, semua seolah-olah menjadi hampa. Dunia seolah-olah mau runtuh. Mungkin berlebihan, tapi kadang itulah kenyataannya. Ada yang tersadar kembali dalam alam realita. Ada yang semakin masuk dalam buaian dahaga kerinduan dan obsesi yang tiada terpuaskan. Disinilah rumus bahwa “cinta tidak harus memiliki tidak berlaku”. Karena bagi sang pecinta, cinta adalah ungkapan kata, belaian sentuhan, tatapan pandangan, dan temu jiwa yang terangkum dalam pertemuan fisik



Inilah cinta, inilah kerinduan diantara jiwa yang bergelora diantara 2 insan yang sedang dilanda gelora orgasme emosional. Ketika cinta tiada berbalas, maka perpisahan di alam dunia seolah menjadi siksaan jiwa baginya. Jika mata tidak saling memandang maka hati tersiksa rindu. Inilah ruang dimensi cinta jiwa itu. Cinta yang terlahir karena bentuk atau rupa, yang sedikit diwarnai dengan indahnya jiwa. Tapi tetap bagaimanapun bentuk dan rupa adalah manifestasi dan pengejahwantahan dari cinta itu sendiri.


Ada yang berhasil memadukan dua jiwa dalam satu bingkai di pelaminan, namun tidak sedikit juga yang berakhir dengan luka mendalam. Tragis memang. Ketika seseorang memberanikan diri masuk dalam dimensi cinta dan tanggung jawab, maka seketika itu pula dia harus bersiap dengan lesatan anak panah kekecewaan dan ketersiksaan yang akan membidik hati dari jiwa sang pecinta. Ketika cinta tidak mendapat restu dari orang tua, maka semua menjadi dilema bagi para pecinta. Cukuplah Qays dan Layla sebagai contoh, cukuplah Zainuddin dan hayati yang menerangkan dalam Tenggelamnya Kapal Vander Wijck.  

Itulah cinta. Berdarah-darah dan penuh tetesan airmata dalam perpisahannya.


Tapi ingatlah, bahwa cinta itu membutakan pelakunya dalam ledakan orgasme emosionalnya. Ketika kisah 2 pecinta berakhir di pelaminan yang berbeda, maka seketika itu pula, 2 insan itu tersadar bahwa ada cinta lain yang sedang menunggu untuk dibingkai dengan indahnya. Ada yang berhasil membingkai ruang cinta baru itu, tapi ada pula yang gagal membingkai hal itu. Perbedaannya adalah, keberhasilan seorang pecinta yang patah hati dan kemudian membingkai ruang cinta baru dalam dirinya dilandasi oleh rasa cinta yang lebih besar daripada ledakan orgasme emosionalnya. Dan cinta yang lebih besar itu bernama cinta penghambaan, cinta kepada Allah SWT.

Para pecinta yang gagal dan merana ketika tidak dapat membingkai dimensi ruang cinta yang baru dan lebih memilih larut dalam hausnya kerinduan dan kenangannya pada orang yang dicintainya tetapi kandas adalah mereka yang lebih memperturutkan perasaan mereka daripada cinta penghambaan kepada Tuhannya. Mereka menjadi budak perasaan. Memang berat, tapi disinilah letak tantangan itu. Ketika tauhid menjadi pertaruhan antara dimensi pilihan yang ada.



Oleh karena itu, lupakanlah cinta yang tidak sampai di pelaminan. Setiap hamba yang dipenuhi cinta kepada Rabbnya yakin bahwa ada cinta lain yang sedang menunggu untuk di bingkai. Ruang cinta jiwa yang penuh dengan aroma keberkahan alam langit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar